MENDIDIK REMAJA AWAL ( USIA : 12 - 15 TAHUN )
بسم الله
الرحمن الرحيم
Pendahuluan
Perjalanan hidup seseorang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia,
seringkali kita lihat adanya perubahan-perubahan yang hampir bersamaan antara
seseorang dengan orang lain, terutama dalam perubahan tubuhnya, sehingga
seakan-akan ada batas-batas yang sama pula selama dalam perjalanan tersebut.
Hal ini menarik perhatian para ahli psikologi untuk mengadakan peneyelidikan.
A. Pengertian Masa Remaja Awal
Masa remaja
awal disebut juga dengan periode PUERAL (PRA PUBERTAS ATAU PUBERTAS AWAL). Pada
periode ini berbagai macam potensi dan kemampuan anak masih bersifat
“tersimpan”, belum mekar atau belum terpakai
Masa Pueral
atau pra pubertas ini ditandai dengan berkembangnya tenaga fisik yang
melimpah-limpah. Kondisi ini menyebabkan tingkah laku anak nampaknya kasar,
canggung, brandal, kurang sopan, liar dan lain sebagainya.
Pada masa ini
pula pertumbuhan jasmani berkembang sangat pesat. Anak jadi cepat besar, bobot
badannya cepat naik dengan pesat dan tubuhnya bertambah panjang dengan cepat
pula. Makanya, banyak sekali, terutama anak laki-laki dan aktifitasnya mekin
meningkat. Bersamaan dengan pertumbuhan jasmani yang cepat inilah, berlangsung
pula proses perkembangan intelektuanya yang intensif, sehingga minat anak untuk
mengetahui dunia luar sangat besar. Perkembangan intelektual ini, akan
membangun berbagai macam fungsi psikis dan rasa ingin tahu rokhaniyah
(Psychological Curiousity), sehingga tumbuh motivasi yang kuat untuk mencari
ilmu pengetahuan dan pengalaman baru. Minat anak puer sering mengarah kepada
hal-hal yang kongkrit dan menguasai teori-teori yang abstrak.
B. Ciri-Cira Khas Remaja Awal (PUER)
Remaja awal (Puer) selain mengalami
perkembangan jasmani dan psikisnya, mempunyai ciri-ciri kahs sebagai berikut :
1.
Anak puer menganggap
dirinya “ Anak besar ” dan tidak mau disebut “ kanak-kanak dan kecil ”,
walaupun ia belum bisa meninggalkan sifat dan krakter kekanak-kanakannya.
Sikapnya realistis dan sadar “nuchter”. Ia belum memperdalam isi kejiwaan
sendiri, tetapi lebih aktif menengok ke dunia luar.
2.
Rasa diri yang makin
menguat adalah ciri khas yang paling menonjol pada usia ini. Tidak ada periode
kehidupan manusia yang secara psikis begitu positip dan kuat dari pada periode
ini. Energi yang keluar melimpah dan memanifestasikan diri dalam bentuk
keberanian, keriangan, kericuhan, perkelahian dan mengolok-olok atau saling
mengganggu antar sesamanya. Juga mempunyai sifat ketus, cerewet bahkan
keinginan yang menggebu-gebu untuk menarik perhatian orang lain (dipuji orang
lain).
3.
Anak Puer juga
mempunyai khas suka bermulut besar, ”ngibul”, menyombongkan diri, beraksi dan
sesumbar, pamer atas kekuatan dirinya. Kalau gadis, ia ingin menonjolkan
kecantikan dirinya, cerewet, eksklusif, ketus dan lain-lain yang pada akhirnya
sering muncul rasa EGO-nya.
C. Mendidik Remaja Awal (PUER) Dengan
Pendidikan Agama (Islam) di Rumah
Pendidikan,
seharusnya dimulai dari rumah sejak anak usia dini. Sebagai orang tua, (ayah
dan ibu) mempunyai tanggung jawab besar kepada Allah SWTatas amanah yang
diberikan-Nya kepada mereka berdua. Anak adalah suatu kepercayaan yang
diberikan oleh Allah SWT untuk dipelihara, dijaga dan diperhatikan dalam segala
aspeknya semaksimal mungkin. Orang tua juga berkewajiaban mendidik anak-anaknya
dengan pengetahuan agama dan umum sebagai bekal kehidupan di dunia dan
akhirat dan agar menjadi hamba Allah SWT yang bermanfaat untuk agama, bangsa
dan negara.
Tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anak telah di terangkan dalam firman Allah SWT:
يـآأيها الذين أمنوا قوآ أنفسكم وأهليكم ناراً .
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Faktor yang
amat penting dalam pendidikan untuk mencapai perkembangan kepribadian anak yang
matang adalah upaya untuk memulai sejak dini penanaman jiwa agama (akhlak
mulia). Keberhasilan Hal ini, tentunya sangat tergantung kepada upaya yang
serius dari orang tua, khususnya ibu sebagai ibu pendidik yang paling utama
dalam keluarga, sebagaimana kata Ahmad Syauqi Bick: الأمُّ مدرسةُ أُولى (Ibu sebagai sekolah pertama).
Oleh karena itu, penciptaan krakterisktik baik anak dapat dilakukan mulai dari
rumah. Sekolah adalah sarana dan pelengkap untuk mengembangkan pembentukan
krakteristik yang dilakukan oleh kedua orang tuanya sejak usia dini.
Pendidikan
agama meliputi integrasi pengalaman materi, penghayatan dan juga pengalaman.
Misalnya dalam pengamalan pembinaan akhlak mulia (contoh, menghargai orang tua,
keluarga, tetangga, teman dan berpakaian yang sopan), mensosialisasikan dan
membiasakan segala ucapan dan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan
tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits. Membiasakan membaca dan menghafal do’a-do’a
sehari-hari (contoh, do’a ketika akan dan sesudah makan, tidur, membiasakan
melakukan suatu perbuatan dengan dimulai dengan tangan / kaki kanan dan lain
sebagainya).
Yang paling
mendasar dan sangat prioritas dalam upaya mendidik anak puer terkait dengan
pendidikan agama adalah mengontrol dan mengawasi semua aktivitas yang
dilakukan, khususnya saat kontroling terhadap penggunaan media yang akhir-akhir
ini sangat marak yang tidak menutup kemungkinan akan menjerumuskan kehidupan
anak ke dalam hal yang tidak diinginkan. Betapa besarnya dampak media, baik massa atau
elekronika atau yang dikenal dengan sebutan IT (Informasi Telekomunikasi),
seperti media telepon seluler, televisi, internet dan lain sebagainya yang
sering menyajikan sistus-situs porno dan website-website yang sering memberikan
orientasi yang bersifat bisnis ketimbang agama. Hal ini sangat buruk bagi masa
depan anak. Perhatian dan kontrol orang tua adalah satu-satunya antisipatip
yang ampuh dalam hal menangkal pengaruh-pengaruh negatif ini. Di samping media
yang bersifar online, tak kalah pentingnya media ofline sering juga
mempengaruhi kehidupan anak atau remaja. Misalnya pergaulan kekinian yang telah
banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya asing yang sangat bertentangan dengan
agama dan akhlakul karimah.
Guru di sekolah
adalah salah satu pelengkap untuk membentuk jiwa anak berkpribadian yang unggul
yang dialandasi norma-norma agama. Guru tak ubahnya seorang bengkel yang
sekedar memasangkan baut, bukan memproduksi. Sedangkan orang tua adalah
produser yang bukan hanya sekedar membesarkan dan menyempurnakan kebutuhan
lahiriyahnya saja, tapi kebutuhan batiniyah (rohaniyah) yang paling
diprioritaskan. Bila rohaniyahnya telah di didik dengan asas-asas agama dan
akhlak oleh kedua orang tuanya dan keluarganya, maka akan lebih mudah bagi guru
dalam menambah pengetahuan agama anak di dalam kelas, dan keberhasilan Insya
Allah akan segera tercapai dengan sempurna.
D. Tantangan dan Solusinya Dalam
Mendidik Anak di Rumah
Problematika dalam upaya mengembangkan
pendidikan dan menciptakan kpribadian anak sungguh sangat banyak sekali,
terutama di akhir-akhir ini. Media internet, telepon seluler dan televisi bukan
barang yang mewah dan istimewa lagi. Ia merupakan media permainan bagi remaja
yang masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Telepon seluler atau Hp misalnya,
tak ubahnya sebuah barang yang sama sekali tidak boleh tertinggal dari setiap
mereka melangkah dan bergerak. Komunikasi yang sering mereka lakukan bersama lain
jenis, baik teman maupun pacarnya. Komunikasi berlanjut satu, dua, tiga secara
online hingga komunikasi yang bersifat ofline. Dari perteman lain jenis yang
biasa-biasa, hanya sekedar berkenalan kemudian berkembang menjadi teman yang
akrab bahkan menjadi sahabat dambaan hatinya yang berujung kepada perbuatan
ma’siat hanya dalam beberapa hari saja.
Begitu pula
dengan media internet yang sering menyajikan situs-situs hitam yang sangat
membahayakan masa depan mereka, lebih-lebih bagi mereka yang sangat lemah
pengetahuan agamanya. Dan tak kalah pentingnya dalam memberikan dampak negatif
kepada mereka adalah media televisi dengan tayangan-tayangan programnya yang
sering menggairahkan penontonnya dan tidak jarang menampilkan tayangan-tayangan
yang sungguh merugikan masa depan anak-anak. Kehidupan mereka semakin hari
semakin nampak perubahannya. Yang asalnya tidak tahu, kemudian menjadi tahu dan
bahkan cenderung merelisasikannya dalam bentuk nyata. Ini yang dimaksud dengan
problematika orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Pertanyaannya,
apa yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mengantisipasi dampak-dampak
negatif tersebut kepada anak-anak, sementara melubernya alat-alat elektronik ke
rumah-rumah mereka adalah dianggap lumrah dan biasa-biasa saja ?. Sungguh
sangatlah naif, apabila kedua orang tua membiarkan anak-anaknya bermain barang
elektronik tanpa kontrol dan pengawasan serta perhatian yang sungguh-sungguh..
Untuk mengatasi
atau solusi terhadap problematika dan tantangan kedua orang tua dalam upaya
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan anak dan untuk melahirkan anak yang
shalih di era kemajuan informasi dan telekomunikasi ( IT ) akahir-akhir ini
adalah hendaknya diadakan pembelajaran tentang keagamaan (Tauhid, Fiqh,
Akhlak dan lain sebagainya) secara intensif dan terjadwal. Bila kedua orang
tuanya tidak mempunyai kemampuan mendidik anak-anaknya secara langsung, maka
dapat diwakilkan kepada orang lain yang mengenal minimal ketiga materi tersebut
di atas. Selain itu, Orang tua harus senantiasa memberikan contoh yang baik (uswah
hasanah) dan menampilkan sikap-sikap yang tak bertolak belakang antar
ucapan dan perbuatannya. Insya Allah dengan teknik pendidikan langsung seperti
ini, dampak negatif akibat adanya informasi dan komunikasi yang semakin pesat
perkembangannya akhir-akhir ini, baik dalam bentuk online maupun ofline akan
teratasi dengan baik, walaupun tentunya sulit untuk mencapai puncak
kesempurnaan.
E. Kesimpulan
Dari uraian di
atas, dapat ditarik suatu kesimpulan, sebagai berikut :
1.
Proses terciptanya
manusia tetunya berlangsung secara bertahap, hingga sampai batas usia remaja
awal antara 12 -15 tahun. Pada masa ini pubertas anak-anak semakin meningkat
bahkan sering lupa daratan, sehingga mereka banyak yang terjerumus ke lembah
kehinaan.
2.
Melubernya media
elektronik ke rumah-rumah sering merepotkan kedua orang tua untuk mendidik
anak-anaknya. Untuk mengatasi kemungkinan adanya pengaruh negatif dari kemajuan
Informasi dan Teknologi ( IT ) tersebut, maka kedua orang tua harus selalu
aktif dan intensif mengajarkan dan mendidik anak-anaknya. Hanya dengan upaya
pembelajaran agama dan akhlakul Karimah yang intensif, uswah hasanah dari kedua
orang tuanya dan kontrol terhadap tingkah laku anak-anaknya akan menjadi solusi
terbaik dalam mengatasi tantangan kedua orang tua menghadapi kemajuan informasi
dan telekomunikasi yang sering di salah gunakan oleh mereka. sedangkan materi
pembelajaran dalam kelas hanya menjadi pelengkap dari pendidikan orang tua di
rumah. Karena pada hakikatnya, pendidikan orang tua-lah yang menjadi pembentuk
karakter jiwa anak.
0 komentar:
Posting Komentar